8 Jun 2012

Film Klasik Indonesia "Lewat Djam Malam" Siap Kembali Tayang di Bioskop


Ruang Posting - Film klasik Indonesia yang berjudul “Lewat Djam Malam” yang diproduksi pada tahun 1954 akhirnya akan kembali di putar di Bioskop – Bioskop tanah air. Film “Lewat Djam Malam” yang sebenarnya sudah rusak itu berhasil direstorasi oleh L'Immagine Ritrovata, di Bologna Italia. L'Immagine Ritrovata  itu sendiri merupakan laboratorium film di dunia yang fokus pada restorasi film.



Film Lewat Djam Malam dapat derestorasi dan kini siap tayang di bioskop adalah berkat kerja keras tiga institusi di Indonesia yaitu Konfiden, Kineforum dan Sinematek. Ketiga menjalin kerjasama dengan pihak National Museum of Singapura (NMS).

Totot Indrarto selaku Sahabat Sinematek mengatakan "Proyek restorasi ini sebuah pekerjaan yang membanggakan sekaligus mempermalukan kita sebagai bangsa. Saat orang asing yang mau memperkerjakan ini," dalam Jumpa Pers di di PPHUI, Kuningan, Jakarta Selatan.

Film  Lewat Djam Malam mendapat sambutan positif di ajang Cannes Film Festival 2012. Film buah karya sutradara besar Indonesia Usmar Ismail itu, mendapat kehormatan saat tayang dalam acara Cannes Classic.

"Ini pertama kali film Indonesia di Cannes klasik, ini sangat membanggakan" tambah Alex Sihar.

Film yang disutradarai oleh Usmar Ismail yang mendapat gelar sebagai bapak perfilaman Indonesia. Mulai tanggal 21 Juni 2012 nanti Film “Lewat Djam Malam” yang berformat film Klasik Indonesia sudah bisa disaksikan di bioskop – bioskop. Jangan sampai ngga nonton Lewat Djam Malam mulai 21 Juni 2012 di bioskop-bioskop tanah air. (RIO)

Info Tambahan
Film Lewat Djam Malam karya sutradara besar Umar Ismail mendapatkan sambutan baik dari para insan dunia dalam Festival Film Cannes 2012 yang menyaksikan film tersebut di ruang Bunuel, Palais des Festival, Cannes, Perancis.

Lewat Djam Malam disaksikan oleh sineas terkenal seperti Alexander Payne. Payne adalah sutradara dari Amerika Serikat yang jadi anggota dewan juri untuk kompetisi film feature tahun ini. Ia juga pernah jadi ketua dewan juri untuk kategori Un Certain Regard di Festival Film Cannes 2005.

"Saya telah tepat memilih sajian bermutu dan penuh emosi ini." ujar Alexander Payne setelah menyaksikan Lewat Djam Malam. Keputusan Payne menonton Lewat Djam Malam adalah sebuah bentuk bahwa film karya sineas Indonesia pun diapresiasi. Padahal di jam yang sama terdapat pula film-film lain dari negara lain yang diputar bersamaan.

Keberhasilan Lewat Djam Malam di putar di Festival Film Cannes 2012 tidak lepas dari peran Yayasan Konfiden, salah satu organisasi nirlaba yang bergerak di bidang perfilman di Indonesia, dan Kineforum Dewan Kesenian Jakarta.

Ketiga lembaga ini bekerjasama dengan pihak National Museum of Singapore (NMS), yang bersama World Cinema Foundation untuk merestorasi Lewat Djam Malam yang awalnya sudah rusak di Pusat Dokumentasi dan Informasi Perfilman Indonesia (Sinematek), Jakarta. NMS dan World Cinema Foundation secara total untuk membiayai restorasi Lewat Djam Malam.

Lewat Djam Malam, adalah film karya almarhum Usmar Ismail yang diproduksi pada 1954. Proses restorasi sendiri dimulai Agustus 2011 di laboratorium L?Immagine Ritrovata, Bologna, Italia. Film tersebut merupakan satu-satunya film Indonesia yang direstorasi penuh.

Profil Singkat / Sinopsis
Film ini bercerita tentang seorang bekas pejuang, Iskandar (A. N. Alcaff) yang kembali ke masyarakat, dan coba menyesuaikan diri dengan keadaan yang sudah asing baginya. Pembunuhan terhadap seorang perempuan dan keluarganya atas perintah komandannya di masa perang terus menghantuinya.

Tepat pada jam malam yang sedang diberlakukan, ia masuk rumah pacarnya, Norma (Netty Herawati). Itu awal film yang masa kejadiannya hanya dua hari. Keesokannya ia dimasukkan kerja ke kantor gubernur.

Tidak betah dan malah cekcok. Dengan kawan lamanya, Gafar (Awaludin), yang sudah jadi pemborong, ia juga tak merasa cocok. Ia masih mencari kerja yang sesuai dengan dirinya. Bertemu dengan Gunawan (Rd. Ismail), ia semakin muak, melihat kekayaan dan cara-cara bisnisnya. Apalagi setelah tahu, bahwa Gunawan merampas harta perempuan yang ditembak Iskandar itu lalu dijadikan modal usahanya sekarang.

Kemarahannya memuncak. Ia lari dari pesta yang diadakan pacarnya untuk dirinya dan pergi mencari Gunawan ditemani bekas anak buahnya (Bambang Hermanto), yang jadi centeng sebuah rumah bordil. Penghuni rumah itu adalah Laila, pelacur yang mengimpikan kedamaian sebuah rumah tangga yang tak kunjung datang. Lalu dia pulang ke pesta, tapi ia melihat polisi datang. Ia curiga dirinya dicari-cari.

Maka lari lagilah dia sampai kena tembak oleh Polisi Militer, karena melanggar peraturan (lewat) jam malam, justru di saat dia menghampiri kembali kekasihnya (Netty Herawati), satu-satunya orang yang mau mengerti dirinya. Mungkin bisa disebut karya terbaik Usmar Ismail. Sebuah kritik sosial cukup tajam mengenai para bekas pejuang kemerdekaan pasca perang.

Maka di akhir film dibubuhkan kalimat: "Kepada mereka yang telah memberikan sebesar- besar pengorbanan nyawa mereka, supaya kita yang hidup pada saat ini dapat menikmati segala kelezatan buah kemerdekaan. Kepada mereka yang tidak menuntut apapun buat diri mereka sendiri." Kelemahan film ini mungkin terletak pada akhiran film yang berpan-jang-panjang, dan pengungkapan kegelisahan tokoh utamanya yang kurang subtil dan terlampau fisik.

Kehadirannya kembali tentu saja sudah sepatutnya membuat generasi muda Indonesia merasa penasaran dengan film yang bernilai sejarah tersebut, baik dari tahun pembuatannya maupun dibalik ceritanya. Semoga kita dapat menyaksikannya !

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta !. Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca benggala daripada masa yang akan datang.”

Bung Karno, Pidato HUT Proklamasi 1966


Filmografi
Penulis Naskah : Asrul Sani Dan Usmar Ismail

Penghargaan
·         1955 - Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia Pemeran Pembantu Pria Terbaik Bambang Hermanto Nominasi
·         1955 - Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia Pemeran Utama Wanita Terbaik Dhalia Menang
·         1955 - Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia Pemeran Utama Pria Terbaik A. N. Alcaff Menang
·         1955 - Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia Penulis Skenario (Catatan Istimewa untuk Dialog) Asrul Sani Menang
·         1955 - Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia Pemeran Pembantu Pria Terbaik Awaludin Nominasi
·         1955 - Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia Tata Musik Terbaik G. R. W. Sinsu Menang
·         1955 - Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia Penata Artistik (Catatan Istimewa Untuk Tata Artistik) Chalid Arifin Menang
·         1955 - Festival Film Asia Singapura Sutradara Usmar Ismail Nominasi
·         1955 - Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia Film Terbaik Usmar Ismail Menang

0 komentar:

Posting Komentar