Ruang Posting - Film klasik
Indonesia yang berjudul “Lewat Djam
Malam” yang diproduksi pada tahun 1954 akhirnya akan kembali di putar di
Bioskop – Bioskop tanah air. Film “Lewat
Djam Malam” yang sebenarnya sudah rusak itu berhasil direstorasi oleh L'Immagine Ritrovata, di Bologna
Italia. L'Immagine Ritrovata itu sendiri merupakan laboratorium film di
dunia yang fokus pada restorasi film.
Film Lewat Djam Malam dapat derestorasi dan kini siap tayang di bioskop adalah
berkat kerja keras tiga institusi di Indonesia yaitu Konfiden, Kineforum dan Sinematek. Ketiga menjalin kerjasama
dengan pihak National Museum of
Singapura (NMS).
Totot Indrarto selaku Sahabat Sinematek mengatakan "Proyek
restorasi ini sebuah pekerjaan yang membanggakan sekaligus mempermalukan kita
sebagai bangsa. Saat orang asing yang mau memperkerjakan ini," dalam Jumpa
Pers di di PPHUI, Kuningan, Jakarta Selatan.
Film Lewat Djam Malam
mendapat sambutan positif di ajang Cannes Film Festival 2012. Film buah
karya sutradara besar Indonesia Usmar
Ismail itu, mendapat kehormatan saat tayang dalam acara Cannes Classic.
"Ini pertama kali film Indonesia di Cannes klasik, ini sangat
membanggakan" tambah Alex Sihar.
Film yang disutradarai oleh Usmar
Ismail yang mendapat gelar sebagai bapak perfilaman Indonesia. Mulai tanggal 21
Juni 2012 nanti Film “Lewat Djam Malam”
yang berformat film Klasik Indonesia sudah bisa disaksikan di bioskop – bioskop.
Jangan sampai ngga nonton Lewat Djam Malam
mulai 21 Juni 2012 di bioskop-bioskop tanah air. (RIO)
Info Tambahan
Film Lewat Djam Malam karya
sutradara besar Umar Ismail mendapatkan sambutan baik dari para insan dunia
dalam Festival Film Cannes 2012 yang menyaksikan film tersebut di ruang Bunuel,
Palais des Festival, Cannes, Perancis.
Lewat Djam Malam disaksikan oleh sineas terkenal seperti Alexander
Payne. Payne adalah sutradara dari Amerika Serikat yang jadi anggota
dewan juri untuk kompetisi film feature tahun ini. Ia juga
pernah jadi ketua dewan juri untuk kategori Un Certain Regard di Festival Film Cannes 2005.
"Saya telah tepat memilih
sajian bermutu dan penuh emosi ini." ujar Alexander Payne setelah menyaksikan Lewat Djam Malam.
Keputusan Payne menonton Lewat Djam Malam adalah sebuah bentuk bahwa film karya
sineas Indonesia pun diapresiasi. Padahal di jam yang sama terdapat pula
film-film lain dari negara lain yang diputar bersamaan.
Keberhasilan Lewat Djam Malam
di putar di Festival Film Cannes
2012 tidak lepas dari peran Yayasan Konfiden, salah satu
organisasi nirlaba yang bergerak di bidang perfilman di Indonesia, dan
Kineforum Dewan Kesenian Jakarta.
Ketiga lembaga ini bekerjasama
dengan pihak National Museum of Singapore (NMS), yang
bersama World Cinema Foundation untuk merestorasi Lewat Djam Malam yang
awalnya sudah rusak di Pusat Dokumentasi dan Informasi Perfilman Indonesia (Sinematek), Jakarta. NMS
dan World
Cinema Foundation secara total untuk membiayai restorasi Lewat Djam
Malam.
Lewat Djam Malam, adalah film karya almarhum Usmar Ismail yang diproduksi pada 1954. Proses restorasi sendiri
dimulai Agustus 2011 di laboratorium L?Immagine Ritrovata, Bologna, Italia.
Film tersebut merupakan satu-satunya film Indonesia yang direstorasi penuh.
Profil Singkat / Sinopsis
Film ini bercerita tentang
seorang bekas pejuang, Iskandar (A. N. Alcaff) yang kembali ke masyarakat, dan
coba menyesuaikan diri dengan keadaan yang sudah asing baginya. Pembunuhan
terhadap seorang perempuan dan keluarganya atas perintah komandannya di masa
perang terus menghantuinya.
Tepat pada jam malam yang sedang
diberlakukan, ia masuk rumah pacarnya, Norma (Netty Herawati). Itu awal film
yang masa kejadiannya hanya dua hari. Keesokannya ia dimasukkan kerja ke kantor
gubernur.
Tidak betah dan malah cekcok.
Dengan kawan lamanya, Gafar (Awaludin), yang sudah jadi pemborong, ia juga tak
merasa cocok. Ia masih mencari kerja yang sesuai dengan dirinya. Bertemu dengan
Gunawan (Rd. Ismail), ia semakin muak, melihat kekayaan dan cara-cara
bisnisnya. Apalagi setelah tahu, bahwa Gunawan merampas harta perempuan yang
ditembak Iskandar itu lalu dijadikan modal usahanya sekarang.
Kemarahannya memuncak. Ia lari
dari pesta yang diadakan pacarnya untuk dirinya dan pergi mencari Gunawan
ditemani bekas anak buahnya (Bambang Hermanto), yang jadi centeng sebuah rumah
bordil. Penghuni rumah itu adalah Laila, pelacur yang mengimpikan kedamaian
sebuah rumah tangga yang tak kunjung datang. Lalu dia pulang ke pesta, tapi ia
melihat polisi datang. Ia curiga dirinya dicari-cari.
Maka lari lagilah dia sampai kena
tembak oleh Polisi Militer, karena melanggar peraturan (lewat) jam malam, justru
di saat dia menghampiri kembali kekasihnya (Netty Herawati), satu-satunya orang
yang mau mengerti dirinya. Mungkin bisa disebut karya terbaik Usmar Ismail.
Sebuah kritik sosial cukup tajam mengenai para bekas pejuang kemerdekaan pasca
perang.
Maka di akhir film dibubuhkan
kalimat: "Kepada mereka yang telah memberikan sebesar- besar pengorbanan
nyawa mereka, supaya kita yang hidup pada saat ini dapat menikmati segala
kelezatan buah kemerdekaan. Kepada mereka yang tidak menuntut apapun buat diri
mereka sendiri." Kelemahan film ini mungkin terletak pada akhiran film
yang berpan-jang-panjang, dan pengungkapan kegelisahan tokoh utamanya yang
kurang subtil dan terlampau fisik.
Kehadirannya kembali tentu
saja sudah sepatutnya membuat generasi muda Indonesia merasa penasaran dengan
film yang bernilai sejarah tersebut, baik dari tahun pembuatannya maupun
dibalik ceritanya. Semoga kita dapat menyaksikannya !
“Janganlah
melihat ke masa depan dengan mata buta !. Masa yang lampau adalah berguna
sekali untuk menjadi kaca benggala daripada masa yang akan datang.”
Bung
Karno, Pidato HUT Proklamasi 1966
Filmografi
Penulis Naskah : Asrul Sani Dan
Usmar Ismail
Penghargaan
·
1955 - Festival Film Indonesia Jakarta,
Indonesia Pemeran Pembantu Pria Terbaik Bambang Hermanto Nominasi
·
1955 - Festival Film Indonesia Jakarta,
Indonesia Pemeran Utama Wanita Terbaik Dhalia Menang
·
1955 - Festival Film Indonesia Jakarta,
Indonesia Pemeran Utama Pria Terbaik A. N. Alcaff Menang
·
1955 - Festival Film Indonesia Jakarta,
Indonesia Penulis Skenario (Catatan Istimewa untuk Dialog) Asrul Sani Menang
·
1955 - Festival Film Indonesia Jakarta, Indonesia
Pemeran Pembantu Pria Terbaik Awaludin Nominasi
·
1955 - Festival Film Indonesia Jakarta,
Indonesia Tata Musik Terbaik G. R. W. Sinsu Menang
·
1955 - Festival Film Indonesia Jakarta,
Indonesia Penata Artistik (Catatan Istimewa Untuk Tata Artistik) Chalid Arifin
Menang
·
1955 - Festival Film Asia Singapura Sutradara
Usmar Ismail Nominasi
·
1955 - Festival Film Indonesia Jakarta,
Indonesia Film Terbaik Usmar Ismail Menang
0 komentar:
Posting Komentar